Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
This blog tell about my lesson, knowledge and my experience. I get to post them for my task. Thank's to sir Ony Kuswara, my teacher and thank's for you cause you're looking my blog :)
Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 13 September 2012

KOLOID


A.      Perbedaaan Sifat Larutan, Koloid dan Suspensi
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
1.       Homogen, tidak dapat dibedakan walau menggunakan mikroskop ultra
2.       Semua partikel berdimensi (panjang, lebar atau tebal ) < 1nm
3.       Satu fasa
4.       Stabil
5.       Tidak dapat disaring
6.       Contoh;larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih dan bensin.
1.       Secara makroskopis bersifat homogen, tetepi  heterogen jika diamati menggunakan mikroskop ultra.
2.       Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100nm
3.       Dua fasa
4.       Pada umumnya stabil
5.       Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra
6.       Contoh; sabun, susu, jeli, selai, mentega dan mayones
1.       Heterogen
2.       Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100nm
3.       Dua fasa
4.       Tidak stabil
5.       Dapat disaring
6.       Contoh; air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air dan campuran minyak dengan air

B.      Jenis-Jenis Koloid
Koloid terdiri dari dua fasa, yaitu terdispersi dan pendispessi(medium dispersi). Sistem koloid  dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya.
no
Fasa terdispersi
Fasa
pendispersi
Nama
Contoh
1.
Padat
Gas
Aerosol
Asap dan debu di udara
2.
Padat
Cair
Sol
Sol emas, sol belerang, tinta, cat
3.
Padat
Padat
Sol padat
Gelas berwarna, intan hitam
4.
Cair
Gas
Aerosol
Kabut
5.
Cair
Cair
Emulsi
Susu, santan, minyak ikan
6.
Cair
Padat
Emulsi padat
Jeli, mutiara, opal
7.
Gas
Cair
Buih
Buih sabun, krim kocok
8.
Gas
Padat
Buih padat
Karet busa, batu apung

C.      Sifat-sifat sistem koloid
1.       Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan berkas cahaya oleh partikel- partikel koloid.
Contohnya; sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.

2.       Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid yan terus-menerus dengan gerakan patah-patah (zig-zag).
Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat pelarut juga mengalami gerak Brown tetapi tidak dapat diamati. Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul medium meningkat, sehingga mengahasilkan tumbukan yang lebih kuat.

3.       Muatan koloid
a.        Elektroforesis ( pergerakan partikel koloid dalam medan listrik).
b.      Adsorpsi ( kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya).
c.       Koagulasi  (penggumpalan) .

4.       Koloid Pelindung
Koloid pelindung terjadi apabila ada penambahan koloid lain untuk menstabilkan koloid. Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Contoh; pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula.

5.       Dialisis
Dialisis dapat diartikan menghilangkan ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput sermipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.

6.       Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan liofob.
Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya, dan sebaliknya. Liofil berarti suka cairan.
Perbedaan Sol  Hidrofil dengan Sol Hidrofob
Sol Hidrofil
Sol Hidrofob
1.       Mengadsorpsi mediummnya
2.       Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar
3.       Tidak mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit
4.       Bersifat reversibel (dapat kembali menjadi zat semula)
5.       Efek Tyndall lemah
1.       Tidak mengadsorpsi mediummnya
2.       Hanya stabil pada konsentrasi kecil
3.       Mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit
4.       Tidak reversibel
5.       Efek Tyndall lebih jelas

D.      Pembuatan Sistem Koloid
a.       Cara kondensasi
Pembuatan koloid dengan kondisasi, yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion)  bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks, hidrolisis dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.
1.       Reaksi redoks; reaksi yang disertai perubahan biloks.
Contoh; pembuatan sol Belerang dari reaksi antara hidrogen Sulfida (H2S) dengan Belerang Oksida (SO2),yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan so2.
2 H2S (g) + so2 (aq) à 2 H2O (l) +3 S (koloid)

2.       Hidrolisis; reaksi suatu zat dengan air. Contoh pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3, maka akan terbentuk sol  Fe(OH)3.
FeCl3 (aq)  + 3 H2O (l) à Fe(OH)3 (koloid) +3 HCl (aq)
3.       Dekomposisi rangkap
Contoh; As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H2AsO3 dengan larutan H2S.
2 H2AsO3 (aq) + 3 H2S (aq)  à As2S3 (koloid) + 6 H2O (l)
4.       Penggantian pelarut. Contoh apabila larutan jenuh Kalsium Asetat dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu koliod berupa gel.
b.      Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik, peptisasi atau denam loncatan bungan listrik (cara busur Bredig).
1.       Cara Mekanik; butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu. Contoh; Sol Belerang dapat dibuat dengan menggunakan serbuk Belerang bersama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
2.       Peptisasi; cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemecah. Contoh; agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin.
3.       Cara Busur Bredig; digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam kan terlempar ke dalam air, lalu atom tsb mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara ini merupakan gabungan dari cara dispersi dan kondensasi.
c.       Koloid Asosiasi
Berdasarkan bagian yang polar (kepala) dan nonpolar (ekor). Contoh zat; sabun dan detergen.

E.      Pengolahan Air Bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid,yaitu koagulasi dan adsorbsi. Air yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang kali juga zat-zat warna,zat-zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas,pasir,klorin/kaporit,kapur tolor dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH)3 yang dapat mengadsorbsi zat-zat pencemar. Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka digunakan karbon aktif disamping tawas. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Kaporit sebagai pembasmi hama sedangkan kapur tolor untuk menaikkan pH,yaitu menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas.

Terimakasih kepada Ibu Mirda selaku guru mata pelajaran kimia SMA N. 5 Palembang dan anak-anak SCR3AM :)
Uraian diatas merupakan kesimpulan hasil diskusi kelas XI IPA 3 Tahun Ajaran 2011-2012, semester 2 bab terakhir. Semoga bermanfaat :)
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Followers